Fans dikenali sebagai orang-orang yang menanti di bibir panggung, berharap mendapatkan pick gitaris, stick drummer, atau handuk vokalis. Mereka berteriak paling kencang dengan seluruh tenaga, ketika sang vokalis atau orang paling ganteng/cantik dalam boyband/girlband mengucapkan kalimat “Selamat Malam”. Setelah acara berakhir, mereka menunggu dengan sabar di dekat bis dan tetap senang saat mengetahui si artis pulang naik helikopter. Posisi fans seringkali dikecilkan menjadi sebatas kumpulan pengagum yang memandang para idola bagaikan barisan berhala.
Padahal menjadi fans bukan hanya soal mengonsumsi produk atau citra idola. Fans adalah setiap individu yang memutuskan untuk menaruh kepercayaan pada musisi/artis. Kepercayaan bahwa apa yang disuarakan oleh musisi/artis mewakili perasaan dan pengalaman mereka. Kepercayaan dan mungkin perasaan-perasaan lainnya yang mendorong fans untuk membeli album musik, menonton film, dan memakan sosis yang dipromosikan si artis. Hal ini pula yang seringkali mendorong fans untuk memberikan penghargaan kepada si artis dengan cara yang paling unik dan personal.
Istilah Fan Art digunakan untuk menyebut produk yang dibuat oleh fans berdasarkan karya idolanya. Para penggemar Herge membuat komik Tintin versi mereka sendiri, seperti komik “Tintin di Dublin” dan “Tintin di Liberia”. Sebuah band di Amerika bernama Harry and The Potters dibuat berdasarkan novel Harry Potter. Beberapa fans menggambar wajah idola atau sampul album favorit mereka di atas kaus, membuat CD kompilasi berdasarkan sejarah perubahan personil band, atau sekedar menyanyikan lagu kesukaan di kamar mandi. Dengan bantuan internet dan teknologi digital, para fans dengan mudah dapat memproduksi sesuatu dan membagikannya kepada lebih banyak orang. Perkembangan teknologi adalah aspek yang membongkar kapasitas produksi yang melekat dalam tiap praktik pemujaan kepada produk budaya tertentu. Keputusan menjadi fans telah membongkar praktik konsumsi sebagai sebuah aktivitas yang memungkinkan praktik pemaknaan dan interpretasi ulang.
Dalam volume ketiga, Megamix Video Militia mengumpulkan penampilan yang dilakukan oleh penggemar atau orang-orang yang tertarik dengan suatu lagu atau penampilan. Nisa, Disti, dan Tami memanfaatkan webcam untuk merekam diri mereka bergaya lip sync menyanyikan lagu Fall Out Boys. Sinta Jojo juga melakukan hal yang sama, menjadi populer dan membuat orang lain menirukan apa yang telah mereka lakukan. Briptu Norman bergaya diiringi lagu “Chaiyya Chaiyya”, menjadi populer dan memutuskan keluar dari kepolisian. Kesukaannya dengan Christina Aguilera dimanfaatkan Baby Jane untuk menjadi penampil yang handal. Seluruh video-video ini terdapat dalam Megamix Video Militia Volume 3.